Selasa, 22 Mei 2012

Kasus Pengobatan Part 2

Selanjutnya saya masih akan share tentang kelanjutan kasus-kasus pengobatan,seperti dibawah ini yang juga sudah dikaji oleh teman-teman saya. check this out!!!

KASUS

Ny A., 45 th, mengalami diare dengan mual muntah, tinja berlendir dan darah, pemeriksaan tinja didapatkan lekosit tanpa amuba. BAB>15/hari. Penderita merasa haus, kulit kering, lemah dan Tekanan darah 85/45 mmHg, nadi=110x/menit.

Diare adalah abnormalitas frekuensi dan konsistensi tinja. Frekuensi dan konsistensi berbeda-beda untuk tiap individu. Sebagai contoh beberapa orang buang air besar tiga kali sehari tetapi yang lain mungkin dua atau tiga kali dalam seminggu (Dipiro, 2003)

RUMUSAN masalah

  1. diare dengan mual muntah
  2. tinja berlendir dan darah
  3. pemeriksaan tinja didapatkan lekosit tanpa amuba
  4. BAB>15/hari.
  5. merasa haus, kulit kering, lemah 
  6. Tekanan darah 85/45 mmHg 
  7. nadi=110x/menit. 

Definisi penyakit

Diare eksudatif

Diare ini terjadi pada kolitis ulserosa dan pada penyakit Crohn. Selain itu diare pada amebiasis, shigelosis, kampilobakter, yersinia dan infeksi yang mengenai mukosa menimbulkan peradangan dan eksudasi cairan serta mukus.

Diare Inflamasi eksudatif disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah.

Contoh bakteri patogen saluran pencernaan :
  • Shigella
  • Campylobacter jejuni 
  • E. coli enteroinvasiv 
  • Salmonella 
Karakteristik Bakteri
Escherichia coli 
Bakteri ini melekat pada sel mukosa usus halus dan menghasilkan enterotoksindan sitotoksin sehingga mukosa rusak dan mukus keluar bersama diare  

Shigella sp  
Gejala mula-mulanya yaitu demam dan kejang perut yang nyeri. Diare biasanya terjadi setelah 48 jam, diikuti oleh disentri 2 hari kemudian. Pada kasus yang parah, tinja terutama terdiri dari darah, lendir, dan nanah. 

Salmonella sp 
Peradangan pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus.

Campylobacter  
ditemukan dalam tinja selama berlangsungnya penyakit dan menghilang pada saat penyembuhan, kadang terdapat pula dalam biakan darah penderita. Gejala penyakit ini adalah demam, diare, tinja berdarah dan muntah. 

PATOFISIOLOGI PENYAKIT

Diare terjadi bila terdapat gangguan transpor terhadap air dan elektrolit pada saluran cerna. Mekanisme gangguan tersebut ada 5 kemungkinan:

1) Osmolalitas intraluminer yang meninggi, disebut diare osmotik.
2) Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik.
3) Absorbsi elektrolit berkurang.
4) Motilitas usus yang meninggi/hiperperistalsis, atau waktu transit yang pendek.
5) Sekresi eksudat disebut diare eksudatif (Daldiyono,1997).

PATOGENESIS PENYAKIT

•Invasi Bakteri
•Infiltrasi Sel-sel Polimorfonuklear
•Matinya Sel-Sel Epitel
•Tukak-tukak Kecil Di Daerah Invasi
•Sel-Sel Darah Merah Dan Plasma Protein Keluar dari Sel
•Masuk ke Lumen Usus
•Keluar Bersama Tinja


MANIFESTASI KLINIK

  • Diare cair yang banyak bercampur darah dan lendir
  • Demam tinggi mendadak sampai mencapai 42 °C 
  • Nyeri perut
  • Nausea dan vomitus
  • Dehidrasi sesuai derajatnya
  • Takikardi dan takipnea
  • Lamanya sakit ± 5 - 7 hari. 


FAKTOR RESIKO

1. makanan yang terkontaminasi
2. Radang usus besar (ulcerative colitis)
3. regional ileitis (Crohn's disease)
4. Kanker usus
5. Diet
6. Penggunaan obat penginduksi diare
7. Penyakit imun seperti HIV atau AIDS
8. Malabsorbsi
9.Stress
10. Lingkunan yang kurang bersih

PENATALAKSANAAN TERAPI 

Prinsip penatalaksanaan pada penderita diare menurut Depkes.RI (2003) adalah :
1) Mencegah Terjadinya Dehidrasi 
Mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan melalui dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajin, kuah sayur dan air putih. 
2) Mengatasi Dehidrasi 
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada Balita ), penderita harus segera dibawa ke petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat (penderita harus segera diberikan cairan intravena dengan ringer laktat sebelum dilanjutkan terapi oral). 
3) Memberikan Makanan 
Berikan makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita 
4) Mengatasi Masalah Lain 
Apabila ditemukan penderita diare disertai dengan penyakit lain, maka diberikan pengobatan sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan rehidrasi 

1. REHIDRASI 


Pengobatan A yaitu, terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi, yang tanpa tanda gejala dehidrasi membutuhkan ekstra cairan dangaram untuk menggantikan cairan air dan elektrolit yang hilang selama diare. Cairan yang biasa diberikan dalam pengobatan ini adalah: Cairan rehidrasi oral (CRO), minuman yang mengandung garam (cairan beras-garam, yoghurt), cairan gula-garam, sayuran dan sup ayam yang mengandung garam

Pengobatan B yaitu, terapi rehidrasi oral dengan dehidrasi sedang adalah dengan pemberian CRO ditambah dengan suplemen zinc.

Pengobatan C yaitu, pengobatan untuk pasien dengan dehidrasi berat dengan pemberian cairan rehidrasi intravena secara cepat.

2. PENGOBATAN SIMTOMP

3. ANTIBIOTIK

ANALISIS MASALAH

Pasien mengalami :
1.diare akut karena bakteri disertai lendir dan darah
2. dehidrasi sedang

Penetapan TERAPI DEFINITIF

KEMANJURAN



Loperamide mengurangi jumlah tinja dan memperpendek durasi diare pada disentri yang disebabkan oleh Shigella pada orang dewasa diobati dengan cipro.

Kesimpulan

Pasien menderita diare akut dengan eksudat dan inflamasi karena infeksi bakteri. 
Penatalaksanaan :
  • Rehidrasi ex . oralit 
  • Pengobatan simtom ex. Loperamid, Attapulgit 
  • Mematikan penyebab ex. Antibiotik Siprofolksasin ampisilin

CREATED BY:

M. Luthfi Aziz 09023008 
Sukma Furiani K 09023009 
Intan Meilasani 09023011 
Nining Ruziawati U 09023013 
Myske Prawestri 09023015

Minggu, 13 Mei 2012

Kasus Pengobatan

Ada berbagai macam kasus pada pengobatan, bahkan pada yang kita anggap sepele pada awalnya. Seperti 2 kasus dibawah ini yang sudah dikaji oleh beberapa teman saya. Untuk lebih jelasnya silahkan dibaca
Enjoy reading :)

                                                                         

Kasus I

Bayi 8 bulan mengalami diare setelah diberi susu instan. Sebelumnya bayi hanya mendapatkan ASI, karena produk ASI menurun ditambah dengan susu instan. Diare dengan BAB cair, berlemak, tidak berlendir dan darah kadang disertai muntah. Bayi agak demam, tanpa ada batuk ataupun pilek. Kulit bayi agak keriput, dengan mata cowong dan merengek bila menangis. Bagaimana farmakoterapi terbaik pada bayi tersebut? 

Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja.


PATOFISIOLOGI DIARE

  1. Diare Sekresi : yaitu diare yang disebabkan oleh infeksi virus, kuman patogendan apatogen; hiperperistaltik usus akibat bahan kimia atau makanan 
  2. Diare osmotik, yaitu diare yang disebabkan oleh malabsorbsi makanan atau bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir 

Berdasarkan kategorinya Patofisiologi diare

  • Kehilangan air dan elektrolit sehingga timbul dehidarasi dengan gangguan elektrolit dan kesetimbangan asam basa.
  • Gangguan gizi
  • Gangguan ekologik dalam usus dan mekanisme ketahanan. 

MANIFESTASI KLINIS

  • BAB cair, berlemak, tanpa lendir atau darah
  • Kadang disertai muntah
  • Bayi agak demam tanpa batuk pilek
  • Kulit bayi agak keriput
  • Mata cowong menandakan dehidrasi berat 

Penatalaksanaan dan standar terapi dan Farmakoterapi

- Diare dengan BAB cair -> butuh penggantian cairan dan elektrolit terutama -> kondisi dehidrasi
   tujuan -> untuk rehidrasi dan maintanance / mengembalikan cairan & elektrolit yang hilang sampai diare berhenti
- makan yang banyak -> antisipasi kekurangan asupan gizi


Standar Terapi:

}Air susu ibu merupakan makanan bayi diteruskan, pemberian dengan cara menyusukan secara teratur.
}Formula makanan padat untuk memenuhi kebutuhan kalori dan protein serta menghidari malabsorpsi
}Terapi rehidrasi
}Terapi zinc 20mg/hari
}Pemberian probiotik
}Pemberian air hangat secara teratur.
}Pemberian antibiotik pada diare yang disebabkan oleh bakteri. Pemilihan antibiotik disesuaikan dengan jenis bakteri yang menyebabkan diare.
}Pemberian antiemetic ondansentron.

                     
BY: 

Fithria Puruhita S 07023048
Zakia Ristiana 07023075
David Permana 08023071
Dyan Listyaning R 08023086
Rabiatul Jannah 08023251
                                                                                                     

KASUS II

Bp. M. 32 th, mengalami mual dan muntah 1 jam setelah mengkonsumsi minuman dalam kardus (kotak). Bermula dari rasa sakit pada perut bagian atas dan kemudian diakhiri dengan muntah. Tidak ada riwayat gangguan lambung. Penderita tidak mengalami diare. Kepala pusing dan badan terasa lemah.

Keracunan adalah suatu zat yang bisa masuk dalam jumlah tertentu , dapat menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinginkan/kematian. Reaksi kimia akan merusak jaringan tubuh, atau mengganggu fungsi tubuh. Harus dibedakan reaksi obat dalam tubuh ada yang memang diinginkan dan ada juga reaksi obat yang tidak diinginkan.


PATOFISIOLOGI KERACUNAN

Makanan yg terkontaminasi zat beracun sampai di lambung lambung mengadakan perlawanan sbg adaptasi pertahanan diri thd benda asing mual lambung berusaha membuang dg memuntahkannya dehidrasi & tubuh lemas kelenjar hipopisis anterior terangsang untuk mempertahankan homeostatis tubuh haus jika tidak teratasi akan pingsan bahkan terjadi kematian

Jalur masuknya racun

Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat melalui 4 jalur, yakni: 
  1. Melalui Mulut
  2. Melalui Pernafasan
  3. Melalui Kontak Penyerapan (Kulit)
  4. Melalui Suntikan / Gigitan 
Terjadinya kasus keracunan umumnya melalui mulut, seperti pada kasus ini  yakni melalui saluran cerna, contohnya:
a.Obat – obatan terutama obat tidur / penenang
   (ex: luminal, magadon, valium)
b.Makanan / minuman yang terkontaminasi bakteri
c.Obat nyamuk, produk minyak bumi / obat serangga
d.Makanan / minuman yang mengandung alkohol

GEJALA DAN TANDA KERACUNAN SECARA UMUM

Gejala dan tanda keracunan biasanya timbul sesuai jalur masuknya racun ke dalam tubuh, yakni:
  1. Melalui pencernaan berakibat gangguan pada pencernaan
  2. Melalui jalan napas berakibat gangguan pernapasan
  3. Melalui kulit berakibat terjadi reaksi setempat gejala lanjutan tergantung sifat racun itu sendiri

MANIFESTASI KLINIK

Manifestasi klinik secara umum
a. Riwayat yang berhubungan dengan proses keracunan
b. Penurunan respon, gangguan status mental ( gelisah, ketakutan )
c. Gangguan pernapasan
d. Nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan
e. Mual , muntah
f. Lemas, lumpuh, kesemutan
g. Pucat / sianosis
h. Kejang – kejang
i. Syok
j. Gangguan irama jantung dan peredaran darah pada zat tertentu 
Manifestasi klinik secara khusus
Keracunan melalui mulut biasanya menimbulkan gejala khas, yakni :
1. Mual, muntah
2. Nyeri perut
3. Diare
4. Napas / mulut berbau
5. Suara parau, nyeri di saluran cerna ( mulut dan kerongkongan )
6. Luka bakar pada daerah mulut / sisa racun pada daerah perut
7. Produksi liur berlebihan, mulut seperti berbusa

Penatalaksanaan terapi

Non farmakologi
o Minum susu kental
  Susu bermanfaat diberikan pada kasus keracunan cairan korosif yang tertelan. Susu dapat mengencerkan cairan korosif di lambung sehingga mengurangi kadar keasaman dan mengurangi kerusakan lebih lanjut diakibatkan cairan korosif 
o Minum air kelapa muda 
o Minum air putih yang banyak 
Farmakologi
• Pemberian Norit (carbo adsorbent)
Karbon memiliki sifat sebagai penyerap / adsorbent dengan cara mengikat racun. Namun tidak semua racun dapat diserap oleh karbon, seperti material korosif, alkohol, kalium, besi, lithium. Pada kasus overdosis obat-obatan, karbon sangat bermanfaat sebagai pertolongan pertama untuk mencegah penyerapan racun. 
• Pemberian Oralit
Untuk menghindarkan kondisi pasien semakin melemah

Based Jurnal:
Standard Treatment Guidelines (STG) and The National Essential Drug List for Tanzania (NEDLIT) (WHO; 1997)
POISONING
Maintain adequate respiration (clear airway) and circulation.
• Gastric wash out with 0.9 Sodium Chloride if poison ingested within 3-4 hours.
• Inactivate poison where specific antidote exist.
• Activated charcoal (upto 50 gm suspended in clean water) for adults.
For children 6-12 years 25 gm suspended in clean water.
For children 0-6 years 12.5 gm suspended in clean water.
If necessary give via G.I. tube.
• Induce emesis with Syrup Ipecacuanha.




BY: 
Dewi Winni Fauziah 09023001 
Ririn Zakiyyah 09023002 
Dianing Purwitasari 09023004 
Syahrul Fath Thoriq 09023005 
Dian Nugraheni 09023007 
Zulfah Brilliani 09023082

Validasi Ekstrak Seledri


Kali ini saya akan coba membagi info tentang validasi. Disini, khusus bagaimana memvalidasi seledri. Cuma sekilas ajja sih,nggak terlalu mendalam. Semoga bermanfaat :)

Seledri

  • Apium graveolens atau seledri berasal dari famili Apiaceae atau Umbelliflorae.
  • Ciri makroskopis simplisia daun seledri berupa daun tunggal atau majemuk semu, tangkai silindris beralur, panjang tangkai 5–15 cm.
  • Daun seledri berbentuk segi tiga, dengan ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi bergerigi dan panjang 10–25 cm.
  • Dalam keadaan kering daun seledri menggulung, berwarna hijau kecoklatan, berbau aroma kuat, rasa manis sedikit pahit (Djumidi et al. 1998).


Kandungan Kimia Seledri

  • Kandungan kimia seledri adalah apiin, apigenin, manit, inositol, asparagina, glutamina, kolina, dan linamarosa.
  • Kandungan daun seledri  tiap 100 g ialah 89 g air, 2,20 g protein, 0,60 g lemak, 4,60 g karbohidrat, 1,40 g serat, 1,70 g abu, 2685 IU vitamin A, 0,08 mg vitamin B1, 0,12 mg vitamin B2, 0,60 mg niasin, 49 mg vitamin C, 326 mg Ca, 51 mg P, 15,30 mg Fe, 151 mg Na, 318 mg K (Susiarti,2000)


Manfaat Seledri

  • Seledri merupakan salah satu tanaman obat yang berperan dalam mengatasi penyakit rematik dan asam urat.
  • Komponen metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari seledri di antaranya glikosida, apiin, apiol, dan flavonoid yang bermanfaat sebagai obat peluruh keringat, penurun demam, rematik sukar tidur, dan darah tinggi. 
  • Selain itu pada seledri juga ditemukan apigenin, manit, inositol, asparigina, glutamina, kolina, dan linamarosa (Soedibyo 1998).


Apigenin

Disini,kita membahas tentang kandungan apigenin dari seledri. Berikut penjelasannya:

5,7-dihidroksi-2-(4-hidroksifenil)-4H-1
  • Apigenin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam seledri dan dapat digunakan sebagai obat asam urat (Duke, 1999). 
  • Apigenin merupakan komponen flavonoid utama dari seledri yang termasuk ke dalam golongan flavon (Harborne 1986).
  • Rumus molekulnya adalah C15H10O5 dengan bobot molekul 270,23 g/mol.
  • Nama internasionalnya adalah 5,7-dihidroksi-2-(4-hidroksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on
Metode yg digunakan untuk menetapkan kandungan apigenin dalam seledri adalah dengan Kromatografi Cair kinerja Tinggi (KCKT) karena metode tersebut sangat sensitif dan hanya diperlukan contoh dalam jumlah kecil.

Metode Validasi

  • Bahan : Seledri, Standar apigenin untuk KLT dengan kemurnian 95%, Mg, HCl 37%, Etanol 95%, Amil Alkohol,Metanol : Air (5:4), HCl 1,2 M, Hidroksitoluena Terbutilasi (BHT), Asam Asetat 10%, Asetonitril, Akuabides, dan Akuades. 
  • Alat : Seperangkat alat refluks,Radas penguap putar, Alat-alat kaca, Neraca analitik Sartorius, Eksikator, Oven, Bejana pengembang Camag, Pipa kapiler,Sonikator Branson 1510, Perangkat KCKT Hitachi dengan detektorn UV-Vis L-2420, dan Saringan 0,45 mm.

Penetapan Kadar Air (Depkes RI, 1995)

  • Cawan porselen dikeringkan pada suhu 105 °C selama 30 menit, lalu ditempatkan di dalam eksikator dan ditimbang. Seledri yang telah dihaluskan ditimbang sekitar 5 g dan dimasukkan ke dalam cawan tersebut. Contoh beserta cawannya dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam, dimasukkan ke dalam eksikator, dan ditimbang kembali.
  • Pengeringan dan penimbangan dilakukan berulang kali sampai diperoleh bobot tetap dengan selisih kurang lebih 0,0001 g. Pekerjaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.


Ekstraksi Apigenin (Frankee et al.2005)

  • Ekstraksi sekaligus hidrolisis flavon dilakukan dengan menambahkan 225 ml metanol:air (5:4) ke dalam 5 g seledri dengan 0,05 g BHT sebagai antioksidan dan 25 ml HCl 1,2 M. 
  • Campuran disonikasi selama satu menit, sebelum direfluks selama 2 jam. Ekstrak lalu disaring dan dipekatkan dengan radas penguap putar.

Uji Flavonoid (Harborne, 1986)

  • Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 100ml air panas dan dididihkan selama 5 menit.
  • Setelah itu larutan disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Sebanyak 10 ml filtrat ditambahkan 0,50 g serbuk Mg, 2 ml alkohol klorhidrat (campuran HCl 37% dan etanol 95%), dan 2 ml amil alkohol.
  • Terbentuknya warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan keberadaan flavonoid.

Analisis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  1. Ekstrak dan standar apigenin ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 sebagai fase diam.
  2. Fase gerak yang digunakan adalah kloroform:metanol (9,5:0,5).
  3. Lempeng silika gel dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang berisi fase gerak yang telah dijenuhkan.
  4. Setelah selesai, lempeng tersebut dikeringudarakan dan dilakukan pengamatan bercak dengan menggunakan lampu UV pada panjang gelombang 365 nm

Analisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Frankee et al. 2005)

  1. Kadar apigenin dianalisis menggunakan KCKT.
  2. Kolom yang digunakan adalah kolom fase terbalik C18 yang berisi silika dengan detektor ultraviolet (UV).
  3. Elusi dengan laju alir sebesar 0,60 ml/menit.
  4. Digunakan campuran eluen asam asetat 10% (A) dan metanol/asetonitril/air (0,8:1:1; v/v/v) (B).
  5. Elusi diikuti dengan gradien linear dengan konsentrasi B dalam A (v/v) dari 0% sampai 50% selama 20 menit, dari 50% kembali ke 40% dalam 0,1 menit, lalu dipertahankan pada 40% selama 10 menit.
  6. Kemudian dilanjutkan dari 40% ke 95% selama 15 menit, dari 95% ke 10% dalam 3 menit dengan kesetimbangan selama 10 menit sebelum injeksi yang berikutnya.
  7. Kadar apigenin diukur pada 333 nm.


Pembuatan Larutan Standar dan Sampel

  1. Sebanyak 10 mg serbuk apigenin dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan 30 ml metanol pa, kemudian dipanaskan pada suhu 50 derajat C sambil diaduk dengan pengaduk magnetik sampai serbuk benar-benar larut.
  2. Larutan ini dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditepatkan dengan metanol. 
  3. Larutan stok standar dengan konsentrasi 100 mg/l (konsentrasi sebenarnya 95 mg/l) kemudian diencerkan menjadi 4, 6, dan 8 mg/l (konsentrasi sebenarnya 3,8; 5,7; dan 7,6 mg/l).
  4. Larutan ini digunakan pada uji linearitas. Semua larutan disaring terlebih dahulu dengan saringan 0,45 mm sebelum diinjeksikan ke dalam KCKT.
  5. Ekstrak pekat yang dihasilkan dari proses ekstraksi dilarutkan dengan metanol dan disaring dengan kertas saring Whatman no 1, lalu volumenya ditepatkan sampai 25 ml.
  6. Sebanyak 5 ml contoh dipipet ke dalam labu takar 10 ml dan volumenya ditepatkan dengan metanol.
  7. Sebanyak 2 ml contoh yang telah diencerkan diekstraksi fase padat (SPE).
  8. Kemudian contoh disaring dengan saringan 0,45 µm sebelum diinjeksikan ke dalam KCKT. Larutan ini digunakan pada uji ketelitian.







CREATED BY:




FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2012

Semoga Bermanfaat. Amin :)