Minggu, 13 Mei 2012

Validasi Ekstrak Seledri


Kali ini saya akan coba membagi info tentang validasi. Disini, khusus bagaimana memvalidasi seledri. Cuma sekilas ajja sih,nggak terlalu mendalam. Semoga bermanfaat :)

Seledri

  • Apium graveolens atau seledri berasal dari famili Apiaceae atau Umbelliflorae.
  • Ciri makroskopis simplisia daun seledri berupa daun tunggal atau majemuk semu, tangkai silindris beralur, panjang tangkai 5–15 cm.
  • Daun seledri berbentuk segi tiga, dengan ujung runcing, pangkal berlekuk, tepi bergerigi dan panjang 10–25 cm.
  • Dalam keadaan kering daun seledri menggulung, berwarna hijau kecoklatan, berbau aroma kuat, rasa manis sedikit pahit (Djumidi et al. 1998).


Kandungan Kimia Seledri

  • Kandungan kimia seledri adalah apiin, apigenin, manit, inositol, asparagina, glutamina, kolina, dan linamarosa.
  • Kandungan daun seledri  tiap 100 g ialah 89 g air, 2,20 g protein, 0,60 g lemak, 4,60 g karbohidrat, 1,40 g serat, 1,70 g abu, 2685 IU vitamin A, 0,08 mg vitamin B1, 0,12 mg vitamin B2, 0,60 mg niasin, 49 mg vitamin C, 326 mg Ca, 51 mg P, 15,30 mg Fe, 151 mg Na, 318 mg K (Susiarti,2000)


Manfaat Seledri

  • Seledri merupakan salah satu tanaman obat yang berperan dalam mengatasi penyakit rematik dan asam urat.
  • Komponen metabolit sekunder yang berhasil diisolasi dari seledri di antaranya glikosida, apiin, apiol, dan flavonoid yang bermanfaat sebagai obat peluruh keringat, penurun demam, rematik sukar tidur, dan darah tinggi. 
  • Selain itu pada seledri juga ditemukan apigenin, manit, inositol, asparigina, glutamina, kolina, dan linamarosa (Soedibyo 1998).


Apigenin

Disini,kita membahas tentang kandungan apigenin dari seledri. Berikut penjelasannya:

5,7-dihidroksi-2-(4-hidroksifenil)-4H-1
  • Apigenin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam seledri dan dapat digunakan sebagai obat asam urat (Duke, 1999). 
  • Apigenin merupakan komponen flavonoid utama dari seledri yang termasuk ke dalam golongan flavon (Harborne 1986).
  • Rumus molekulnya adalah C15H10O5 dengan bobot molekul 270,23 g/mol.
  • Nama internasionalnya adalah 5,7-dihidroksi-2-(4-hidroksifenil)-4H-1-benzopiran-4-on
Metode yg digunakan untuk menetapkan kandungan apigenin dalam seledri adalah dengan Kromatografi Cair kinerja Tinggi (KCKT) karena metode tersebut sangat sensitif dan hanya diperlukan contoh dalam jumlah kecil.

Metode Validasi

  • Bahan : Seledri, Standar apigenin untuk KLT dengan kemurnian 95%, Mg, HCl 37%, Etanol 95%, Amil Alkohol,Metanol : Air (5:4), HCl 1,2 M, Hidroksitoluena Terbutilasi (BHT), Asam Asetat 10%, Asetonitril, Akuabides, dan Akuades. 
  • Alat : Seperangkat alat refluks,Radas penguap putar, Alat-alat kaca, Neraca analitik Sartorius, Eksikator, Oven, Bejana pengembang Camag, Pipa kapiler,Sonikator Branson 1510, Perangkat KCKT Hitachi dengan detektorn UV-Vis L-2420, dan Saringan 0,45 mm.

Penetapan Kadar Air (Depkes RI, 1995)

  • Cawan porselen dikeringkan pada suhu 105 °C selama 30 menit, lalu ditempatkan di dalam eksikator dan ditimbang. Seledri yang telah dihaluskan ditimbang sekitar 5 g dan dimasukkan ke dalam cawan tersebut. Contoh beserta cawannya dikeringkan pada suhu 105°C selama 3 jam, dimasukkan ke dalam eksikator, dan ditimbang kembali.
  • Pengeringan dan penimbangan dilakukan berulang kali sampai diperoleh bobot tetap dengan selisih kurang lebih 0,0001 g. Pekerjaan dilakukan sebanyak tiga kali ulangan.


Ekstraksi Apigenin (Frankee et al.2005)

  • Ekstraksi sekaligus hidrolisis flavon dilakukan dengan menambahkan 225 ml metanol:air (5:4) ke dalam 5 g seledri dengan 0,05 g BHT sebagai antioksidan dan 25 ml HCl 1,2 M. 
  • Campuran disonikasi selama satu menit, sebelum direfluks selama 2 jam. Ekstrak lalu disaring dan dipekatkan dengan radas penguap putar.

Uji Flavonoid (Harborne, 1986)

  • Sebanyak 1 gram ekstrak dimasukkan ke dalam gelas piala kemudian ditambahkan 100ml air panas dan dididihkan selama 5 menit.
  • Setelah itu larutan disaring dan filtratnya digunakan untuk pengujian. Sebanyak 10 ml filtrat ditambahkan 0,50 g serbuk Mg, 2 ml alkohol klorhidrat (campuran HCl 37% dan etanol 95%), dan 2 ml amil alkohol.
  • Terbentuknya warna merah, kuning, dan jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan keberadaan flavonoid.

Analisis dengan Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

  1. Ekstrak dan standar apigenin ditotolkan pada lempeng silika gel GF254 sebagai fase diam.
  2. Fase gerak yang digunakan adalah kloroform:metanol (9,5:0,5).
  3. Lempeng silika gel dimasukkan ke dalam bejana pengembang yang berisi fase gerak yang telah dijenuhkan.
  4. Setelah selesai, lempeng tersebut dikeringudarakan dan dilakukan pengamatan bercak dengan menggunakan lampu UV pada panjang gelombang 365 nm

Analisis dengan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (Frankee et al. 2005)

  1. Kadar apigenin dianalisis menggunakan KCKT.
  2. Kolom yang digunakan adalah kolom fase terbalik C18 yang berisi silika dengan detektor ultraviolet (UV).
  3. Elusi dengan laju alir sebesar 0,60 ml/menit.
  4. Digunakan campuran eluen asam asetat 10% (A) dan metanol/asetonitril/air (0,8:1:1; v/v/v) (B).
  5. Elusi diikuti dengan gradien linear dengan konsentrasi B dalam A (v/v) dari 0% sampai 50% selama 20 menit, dari 50% kembali ke 40% dalam 0,1 menit, lalu dipertahankan pada 40% selama 10 menit.
  6. Kemudian dilanjutkan dari 40% ke 95% selama 15 menit, dari 95% ke 10% dalam 3 menit dengan kesetimbangan selama 10 menit sebelum injeksi yang berikutnya.
  7. Kadar apigenin diukur pada 333 nm.


Pembuatan Larutan Standar dan Sampel

  1. Sebanyak 10 mg serbuk apigenin dimasukkan ke dalam gelas piala dan ditambahkan 30 ml metanol pa, kemudian dipanaskan pada suhu 50 derajat C sambil diaduk dengan pengaduk magnetik sampai serbuk benar-benar larut.
  2. Larutan ini dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml dan ditepatkan dengan metanol. 
  3. Larutan stok standar dengan konsentrasi 100 mg/l (konsentrasi sebenarnya 95 mg/l) kemudian diencerkan menjadi 4, 6, dan 8 mg/l (konsentrasi sebenarnya 3,8; 5,7; dan 7,6 mg/l).
  4. Larutan ini digunakan pada uji linearitas. Semua larutan disaring terlebih dahulu dengan saringan 0,45 mm sebelum diinjeksikan ke dalam KCKT.
  5. Ekstrak pekat yang dihasilkan dari proses ekstraksi dilarutkan dengan metanol dan disaring dengan kertas saring Whatman no 1, lalu volumenya ditepatkan sampai 25 ml.
  6. Sebanyak 5 ml contoh dipipet ke dalam labu takar 10 ml dan volumenya ditepatkan dengan metanol.
  7. Sebanyak 2 ml contoh yang telah diencerkan diekstraksi fase padat (SPE).
  8. Kemudian contoh disaring dengan saringan 0,45 µm sebelum diinjeksikan ke dalam KCKT. Larutan ini digunakan pada uji ketelitian.







CREATED BY:




FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2012

Semoga Bermanfaat. Amin :)

3 komentar: