Kamis, 07 Juni 2012

KASUS Osteoporosis

Osteoporosis ternyata bukan penyakit orang lanjut usia saja. Osteoporosis bisa menyerang siapa saja yang berpotensi. Apa,,siapa dan bagaimana cara mengobati osteoporosis. Berikut ini adalah ulasan dari kelompok kami tentang OSTEOPOROSIS. Monggo :)

KASUS 7

Ny.Amn (37 th) punya 6 anak, sering mengeluh nyeri pinggul. Keluhan nyeri ini sering muncul sejak kehamilan anaknya yang terakhir. Keluhan nyeri pinggul juga tidak berkurang meskipun sudah melahirkan. Selama kehamilan penderita mengalami gangguan nafsu makan dan kurang bisa mengikuti anjuran dokternya dalam mengkonsumsi kalsium. Dari hasil pengukuran Bone Densitometry diketahui bahwa ibu ini mengalami pengeroposan tulang. Kadar kalsium darah = 3,5 mg/dl. Kadar fosfor serum = 2,5 mg/dl. Kadar fosfatase alkali dalam batas normal. Bagaimana penatalaksanaan terapi dan apa farmakoterapinya?

Identifikasi Istilah Asing

  • Bone Densitometry 
Adalah pengukuran densitas tulang untuk menegakkan diagnosis dan monitoring osteoporosis dengan menggunakan alat-alat radiologi -yang meliputi QCT (Quantitative Computerised Tomography) , MRI (Magnetic Resonance Imaging), QUS (Quantitative Ultrasound), Densitometer (X-ray absorpmetry) dan marker biokimia. 

  • Pengeroposan Tulang 
Disebut juga dengan osteoporosis yaitu penyakit tulang yang mempunyai sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang akhirnya dapat menimbulkan kerapuhan tulang.

  • Kadar kalsium darah 
  Kadar kalsium darah normal pada manusia berkisar 9,5 mg/dl – 10,4 mg/dl 

  • Kadar Fosfatase alkali 
Pada kelainan tulang, kadar ALP (alkali fosfat) meningkat karena adanya peningkatan aktivitas osteoblastik (pembentukan sel tulang). Pada penurunan kadar menunjukkan hipotiroidisme dan insufisiensi plasenta. Fosfat darah normal

  • Kadar Fosfor serum 
Rentang normal fosfor serum 2,5-4,5 mg/dl atau 1,7 – 2,6 MEQ/L. Jika terjadi peningkatan fosfor dalam serum mengidikasikan insufisiensi ginjal, gagal ginjal, hipotiroidisme, tumor tulang, akromegali

Daftar & Rumusan Permasalahan Kasus Sementara

1) Nyeri pinggul
2) Malnutrisi kalsium
3) Pengeroposan tulang
4) Kadar kalsium darah = 3,5 mg/dlà Hipokalsemia
5) Kadar fosfor serum = 2,5 mg/dl à Normal

Definisi, Patofisiologis, Faktor Resiko dan Manifestasi Penyakit

DEFINISI

Menurut WHO, osteoporosis adalah penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan resiko terjadinya fraktur.
Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabil terjadi fraktur (Thief in the night). Dalam test Bone densitometry, seseorang dikatakan mengalami osteoporosis dengan densitas tulang > 2,5 standar deviasi dibawah rata-rata wanita muda normal (T<-2,5).

Klasifikasi osteoporosis

A.Osteoporosis Primer
Dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Dihubungkan dengan faktor resiko merokok, aktivitas, pubertas tertunda, BB rendah, alkohol, ras kulit putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, asupan kalsium rendah (Kaltenborn, 1992). 
Tipe I (Post manopausal) -----> Terjadi setelah 15-20 tahun setelah manopause (53-75 tahun). 
Tipe II (Senile) -----> Terjadi pada pria dan wanita >70 thn. 

B.Osteoporosis Sekunder
Terjadi pada tiap kelompok umur, penyebabnya : ekses kortkosteroid, hipertiroidisme, multipel meloma, malnutrisi, defisiensi estrogen, hiperparatiroidisme, faktor genetik, obat-obatan (Kaltenborn, 1992).

Faktor Resiko

  • Perokok 
  • Aktivitas berlebih 
  • Pubertas tertunda 
  • Berat badan rendah 
  • Alkohol 
  • Ras kulit putih/asia 
  • Riwayat keluarga 
  • Postur tubuh 
  • Asupan kalsium rendah 
  • Obat-obatan 
  • Defisiensi estrogen 
  • Hipertiroidisme 
  • Multipel meloma 

PATOFISIOLOGI KHASUS




Manifestasi Klinik




Kasus Definitif : Pasien menderita OSTEOPOROSIS primer 

Penerapan Terapi Definitif

A. Terapi Non Farmakologi
  • Diet 
Diet seimbang dengan asupan kalsium dan vitamin D yang cukup. Jika asupan diet yang cukup tidak bisa dicapai, suplemen kalsium bisa diberikan (DiPiro, et al., 2006).
Diet penurun berat badan jika penderita mempunyai berat badan yang berlebihan (Dambro, 2006).
  • Aktivitas 
Aktivitas jalan-jalan tetap dipertahankan. Penderita dapat melakukan aktifitas berjalan dan jika mungkin berenang (Dambro, 2006).
Penderita harus menghindari latihan fisik dan manuver yang meningkatkan gaya kompresif dan stres mekanis pada vertebra dan tempat tulang perifer (Dambro, 2006).

B. Terapi Farmakologi
  • Pengobatan Antiresoptif 
Kalsium 
Untuk mencegah hipertiroidisme sekunder dan perusakan tulang. Asupan kalsium lebih tinggi telah menunjukkan dapat mencegah atau mengurangi hilangnya massa tulang pada dewasa. Efeknya diperkuat jika dikombinasikan dengan terapi antiresoptif lain atau latihan fisik. Kombinasi kalsium dan vitamin D menurunkan fraktur vertebral, non-vertebral dan pinggul.

Diuretik 
Thiazide meningkatkan reabsorpsi kalsium urin, tapi meresepkannya tunggal hanya untuk osteoporosis tidak dianjurkan (DiPiro, et al., 2006).

Vitamin D dan Metabolit
Defisiensi vitamin D muncul karena asupan yang kurang, kurang terkena sinar matahari, atau penurunan produksi di kulit. Defisiensi vitamin D yang signifikan jarang terjadi pada penderita disfunsi liver atau ginjal.

Vitamin D dosis tinggi bisa menyebabkan hiperkalsimea dan hiperkalsiuria (DiPiro, et al., 2006).

Bifosfonat
Bifosfonat terserap ke apatite tulang (grup kalsium fosfat pada tulang) dan menyatu permanen dengan tulang. Bifosfonat memberikan peningkatan BMD tertinggi untuk agen antiresorptif

Alendronate (Fosamax) diindikasikan untuk pencegahan (5 mg/hari) dan perawatan (10 mg/hari) osteoporosis pada wanita postmenopause. Alendronate, 10 mg/hari, meningkatkan BMD sumsum lumbar 5,4-6%, tulang femoral leher 2,9% dan trochanter (bagian atas tulang femur) 4,4-4,9%. 
Risedronate (Actonel: 5 mg/hari) diindikasikan untuk perawatan dan pencegahan osteoporosis pada wanita postmenopause serta pria dan wanita yang menerima glukokortikoid sistemik (prednisone setara 7,5 mg/hari atau lebih besar) untuk penyakit kronik. 

Terapi kombinasi dengan estrogen atau terapi penggantian hormon (hormon/estrogen replacement theraphy HRT/ERT) menghasilkan peningkatan BMD yang lebih tinggi daripada pengobatan tunggal. Pengurangan fraktur pada vertebral, non-vertebral dan pinggul telah dibuktikan.

EFEK SAMPING

  • Bifosfonat harus diberikan dengan hati-hati untuk menghindari efek samping saluran cerna yang serius. Semua bifosfonat sulit diabsorbsi (1-5%), dan makanan, minuman, dan kalsium menurunkan absorbsi signifikan. Bifosfonat sebaiknya diberikan pada pagi hari 30-120 menit sebelum pemberian makanan, minuman atau obat pertama dengan segelas air. Pasien harus tetap dalam posisi tegak selama 30 menit untuk mencegah iritasi esophageal dan ulserasi. Kalsium dan, jika dibutuhkan, vitamin D sebaiknya juga diberikan tapi pada waktu yang berbeda. 
  • Efek samping paling umum untuk bifosfonat adalah nausea; rasa sakit pada abdominal; dispepsia; diare; dan iritasi, perforasi, ulserasi atau perdarahan esophageal, lambung atau duodenal (DiPiro, et al., 2006). 

Selective Estrogen Modulator (SERM)
Ralofexine (Evista) 60 mg sehari diterima untuk pencegahan dan perawatan osteoporosis postmenopause. BMD pinggul dan spinal meningkat dari 2-3 % dan menurunkan fraktur vertebral tapi belum dibuktikan menurunkan fraktur pinggul. Ini pilihan yang baik untuk wanita yang tidak bisa atau tidak boleh menerima estrogen. 
Ralofexine dikontraindikasikan pada wanita dengan penyakit tromboemboli aktif. Efek samping lain termasuk kaki kaku (DiPiro, et al., 2006).


Calcitonin
Semprotan nasal Calcitonin (Mialcacin) diindikasikan untuk perawatan osteoporosis untuk wanta paling tidak 5 tahun setelah menopause. Karena kurang efektif jika dibandingkan dengan pengobatan osteporosis lainnya, calcitonin lebih sering digunakan untuk pasien dengan rasa sakit akibat fraktur atau untuk mereka yang tidak sesuai dengan terapi lainnya.  
Regimen 200 IU calcitonin nasal meningkatkan BMD spinal dan mengurangi fraktur vertebral baru sebesar 36%. 

EFEK SAMPING
Calcitonin nasal bisa menyebabkan rhinitis, epistaksis, dan iritasi nasal. Pemberian subkutan bisa menyebabkan simtom saluran cerna, rasa sakit di tempat injeksi, dan wajah memerah (DiPiro, et al., 2006).





ANALISIS KEMANJURAN BERDASARKAN EBM

"Putting evidence-based medicine into clinical practice: comparing anti-resorptive agents for the treatment of osteoporosis"

Read More: http://informahealthcare.com/doi/abs/10.1185/030079904125003269
Hasil: Alendronate secara signifikan lebih efektif daripada risedronat, kalsitonin, estrogen, etidronate, dan raloxifene (Risiko relatif: 0,70 [0,49, 0,99], 0,64 [0,42, 0,98], 0,59 [0,41, 0,84], 0,52 [0,32, 0,82], dan 0,56 [0,40, 0,78], masing-masing) dalam mengurangi kejadian non patah tulang belakang.

Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan efikasi anti fraktur antara anti-resorptive agen, terutama untuk non patah tulang belakang.

PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS

Mempertahankan atau Meningkatkan Kepadatan Tulang dengan Mengkonsumsi Kalsium yang Cukup 

Mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup, sangat efektif, terutama sebelum tercapainya kepadatan tulang maksimal (sekitar umur 30 tahun). Minum 2 gelas susu dan tambahan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumnya tidak mendapatkan cukup kalsium 

Melakukan Olah Raga dengan Beban 

Olah raga beban (misalnya berjalan dan menaiki tangga) akan meningkatkan kepadatan tulang.

Mengkonsumsi Obat (Untuk Beberapa Orang Tertentu) 

Raloksifen merupakan obat menyerupai estrogen yang baru, yang mungkin kurang efektif daripada estrogen dalam mencegah kerapuhan tulang, tetapi tidak memiliki efek terhadap payudara atau rahim


TUJUAN PENGOBATAN

  • Meningkatkan kepadatan tulang
  • Mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul 
  • Mengurangi angka kejadian patah tulang.

PENGOBATAN SECARA UMUM

Bifosfonat (Alendronat)

  • —mengurangi kecepatan penyerapan tulang pada wanita pasca menopause
  • meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggul
  • —mengurangi angka kejadian patah tulang

Kalsitonin

  • —diberikan kepada orang yang menderita patah tulang belakang yang disertai nyeri


Fluorida

  • —meningkatkan kepadatan tulang. Tetapi tulang bisa mengalami kelainan dan menjadi rapuh, sehingga pemakaiannya tidak dianjurkan

DOC

  • Bifosfonat (Alendronat)
Meningkatkan massa tulang di tulang belakang dan tulang panggu

  • Pemberian Isoflavon

Meningkatkan pembentukan tulang oleh osteoblas atau menurunnya resorpsi tulang oleh osteoklas, mekanisme ini dapat mencegah terjadinya osteoporosis 
  • Kalsitonin
Digunakan untuk mengobati nyeri pada osteoporosis




CREATED BY TEAM :





*dari kanan ---> bawah ---> atas kiri ---> kiri bawah*

FITRIANI KARTIKA SARI
YULIANA TRIARINI KHUSNIAH
EMELDA
ANNISA ILMA AMELIA


*dari kiri ---> kanan*

ARDIAN SETYO NUGROHO
AHMAD AMMARELHAQ

Semoga hasil jerih payah kami bisa sedikit memberi pencerahan *Amiiiin :)*

Tidak ada komentar:

Posting Komentar