Alohaa.. Akhirnya bisa hadir lagi di blog kece ini yag sudah cukup lama terlantar *nyapu *ngepel *bersihin sarang laba2
Kangen juga buat cuap-cuap disini. Mmmm,,kali ini aku bakal sedikit mengupas tentang Bali. You know Bali?
Dan, yang akan terasa ketika memasuki Gilimanuk adalah udaranya. Sejuk, bersih dan segar.
5. Kalau kita rombongan wisata ke Bali, kita harus pake guide Bali untuk perjalanannya. Why? Ini merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah untuk memajukan pariwisata Bali dan penduduknya. Kalau kita nggak pake guide, kita bakal di denda Rp. 5.000.000 atau penjara 3 bulan. Walaupun itu yang kena pihak travel sih, tapi pasti pihak travel juga nggak mau ambil resiko :p.
6. Kalau di Jogja ada Kota Gedhe sebagai pusat kerajinan perak, di Bali ada juga. Namanya desa Celuk. Yang unik disini adalah kerajinan ini nggak pake alat, semuanya made by hand :D.
Trus yang aku suka, kalau kita beli kerajinannya, perhiasan itu bakal dimasukkan ke dalam tempat semacam besek tapi ukuran mini. No plastic, save Earth :)
Kalau secara ekonomi, desa Celuk ini merupakan daerah terkaya di Bali. Dan desa yang dianggap miskin disini adalah Trunyan.
7. Di Bali ada makanan khas yaitu Pie Susu. Tempat pembuatan pie susu yang terenak ada di Jl. Nangka. Ada juga Lawar (lupa makanan apa tapi disitu dilengkapi dengan kaki babi), ada juga Babi Guling, Ayam Betutu yang pedasnya nendang.
Selain itu ada sambal khasnya, namanya Sambal Matah. Sambal yang semua bahan – bahannya dari bahan mentah. Cara bikinnya : Cabai, sere, bawang merah diiris tipis. Kemudian dimasukkan kedalam trasi yang sudah dilarutkan dalam minyak kelapa dan sedikit garam. Wolaa!! Jadi deh sambal matah. Rasanya unik dan enak :)
Uuuumm,, sekarang mau belajar tentang serba serbi Bali sedikit yuk ^^
S A R U N G
Di Bali, sering kita jumpai pohon di kasih sarung. Itu buat apa ya? Begini, jika ada pohon atau suatu tempat diberi sarung itu ada maksud tersendiri. Kalau sarung yang dipakai itu kotak2 hitam putih itu artinya tempat itu ada penunggunya, dan harus diberi sesajian sebagai tanda penghormatan sebagai sesama makhluk hidup agar nggak saling ganggu. Atau supaya makhluk itu tetap tinggal disitu dan menjaga tempat itu.
Tapi,,kalau ada tempat yang dikasih sarung putih atau kuning. Itu adalah tempat sembahyang. Karena warna putih dan kuning itu dianggap suci oleh warga Bali
K A S T A
Kasta itu untuk menunjukkan tingkatan pelapisan masyarakat Bali. Tapi, sekarang sudah nggak ada istilah Kasta, adanya Wangsa atau Wangse.
Ada 4 Wangsa :
Wangsa Brahma
Ini wangsa tertinggi bagi masyarakat Bali. Biasanya hanya untuk raja dan keturunannya. Orang yang ber-wangsa Brahma biasanya pakai nama depan Ida Ayu (untuk perempuan) dan Ida Bagus (untuk pria). Untuk rumah Wangsa Brahma ini disebut Griya atau Griye.
Wangsa Ksatria
Wangsa kedua ini wangsa yang digunakan untuk masyarakat yang masih ada keturunan para ksatria atau pahlawan. Nama depan untuk wangsa ksatria biasanya AA atau Cok. AA itu Anak Agung, sedangkan Cok itu singkatan dari Cokorda / Cokor Ida. Kalau darah percampuran, misal ayah ksatria dan Ibu dari luar Bali, maka namanya bisa Ngurah. Tempat tinggalnya disebut Jero atau Puri
Wangsa Waisya
Ini merupakan masyarakat Bali pada umumnya, biasanya yang bernama Wayan, Putu, Ketut.
Wangsa Sudra
Kalau ini wangsa terendah. Mungkin karena ada darah percampuran dari orang tua yang bukan dari Bali. Nama – namanya misalnya : Made
B A H A S A
Indonesia gitu loh. Dalam satu pulau aja, ada banyak bahasa. Apalagi beda pulau. Jadi, kalau ke Bali kita juga harus mengerti sedikit banyak bahasa Bali, biar nggak salah tafsir.
a. Untuk panggilan sehari – hari kalo di Jawa Timur ada Cak (untuk cowok) dan Ning (untuk cewek), di Jawa Tengah ada Kangmas (untuk cowok) dan Mbakyu (untuk cewek), di Jawa Barat ada Aa’ (untuk cowok) dan Teteh (untuk cewek). Di Bali ada juga, yaitu Bli (untuk cowok) dan Mbok (untuk cewek).
Jadi, kalo orang Jawa yang cewek (terutama yang masih muda) dipanggil Mbok, jangan tersinggung. Itu bukan maksud me’nua’kan kok :p
b. Kalau kita belanja, biasanya banyak banget rayuan para penjual buat ngelarisin dagangannya. Salah satunya mungkin gini “Bapak / Ibu kan berjinah. Beli sekalian”. Jangan marah. Berjinah disini bukan berjinah yang porno, berjinah disini artinya berduit :)
c. Trus kalo misal lagi makan. Kita jangan nanya begini ke orang Bali “Bli sudah kenyang?”. Apalagi yang nanya cewek. Bahaya itu... bisa dikira ngajak ‘hubungan’
Kenyang (bahasa Indonesia) itu ya kenyang abis makan. Perut udah nggak laper lagi.
Tapi kalo di Bali, kenyang itu = (maaf) horny. Jadi, kalo mau nanya ke orang bali sudah kenyang apa belum, bahasa Bali nya Wareg, sama kaya bahasa Jawa. “Bli sudah ware?”
d. Yang ini juga agak saru sih. Tapi buat pelajaran aja biar ngerti. Kalo di Jawa Tengah, celak celuk tuh artinya kan panggil – panggil (Dwilingga salin suara). Kalo di Jawa Timur, celak itu artinya eyeliner. Nah kalau di Bali, celak itu artinya ‘barang’ yang hanya dipunyai kaum adam *youknowwhatimean*. Jangan sampe kita keceplosan “Ngopo kok celak celuk wae”. Wohoooo... Danger! Apalagi buat cewek..
e. Panggilan buat ayah ibu. Banyak baanget panggilan buat ayah ataupun ibu. Ada abi, abah, ayah, bapak, papa, papi, babe, daddy, romo, dan sebagainya. Ada umi, ibu, mama, mami, biyung, bunda, emak, nyak, simbok, dan sebagainya.
Di Bali, mereka manggil ayahnya dengan Bape, atau kalau bahasa halusnya Aji. Kalo ibu, mereka manggilnya Memek (Baca pake “e” nya edan), tulisannya sih Meme. Jadi kalo ada orang Bali ngomong begitu, jangan dianggap rusuh atau jorok (walaupun geli juga sih dengernya), hooohoo
f. Buat basa basi sama orang baru biasanya nawarin makan, nawarin apa gitu kan ya. Kalau mau ngajak / nawarin makan ke orang Bali, nanyanya “Sudah ngajeng belum?”. Ngajeng (bahasa Jawa) = Depan. Ngajeng (bahasa Bali) = makan
g. Buat nempatin suatu benda biasanya kita butuh wadah. Wadah kalo bahasa Indonesia atau bahasa Jawa itu tempat buat nampung suatu benda. Tapi kalo bahasa Bali, Wadah itu = keranda.
A D A T
Setiap daerah pasti punya adat istiadat dan kebiasaannya masing – masing. Di sini, adat masih sangat dilestarikan..
a. Adat Menjaga Lingkungan
Masyarakat Bali masih mempercayai Tri Ite Kerane (Tiga Sebab Akibat), yang antara lain :
Menjaga hubungan antara Tuhan – Manusia
Masyarakat Bali punya jiwa religius yang tinggi. Bahkan ada beberapa rumah yang kemaren sempat aku lihat, punya pura yang besarnya lebih besar dari rumahnya sendiri.
Menjaga hubungan antara Manusia – Manusia
Selain itu, masyarakat Bali juga sangat toleransi terhadap sesama manusia. Kerukunan antarumat beragama disini terasa sekali. Sampai ada tempat ibadah untuk 5 agama dalam 1 lokasi yang bernama Puja Manggala. Disini Masjid terletak paling barat, karena kiblatnya mengarah ke barat (sebenarnya mengarah ke ka’bah sih), trus Pura berada paling timur karena kiblatnya juga arah timur. Keren ya toleransinya :)
Pemandangan dalam Masjid Ibnu Batutah
Agak kurang terawat sih kalo dibandingin masjid - masjid yang pernah aku singgahi
Gereja Protestan tepat di timur masjid
Vihara umat Budha diantara 2 gereja
Atap Gereja Katolik dan Pura
(gak sempat foto, keburu bisnya jalan)
Menjaga hubungan antara Manusia – Makhluk Lain
Makhluk lain disini banyak, ada hewan, tumbuhan, bahkan makhluk yang nggak nampak sekalipun.
Toleransi Manusia terhadap hewan itu diwujudkan dengan kalau misal kita ketemu hewan, sebisa mungkin dikasih makan. Nggak boleh sembarangan bunuh / berburu hewan. Misal ada burung trus kita tembak, nah itu bisa dipenjara kita kalau di Bali.
Toleransi Manusia terhadap tumbuhan juga kelihatan mulai dari masuk kawasan Bali. Semua tanaman rindang, dibiarkan tumbuh besar, dan nggak ditebang sembarangan. Itu yang bikin udara Bali sejuuuk dan adem.
Toleransi Manusia terhadap makhluk lain juga terpampang nyata disana. Seperti yang aku bahas sebelumnya diatas, jika dirasa ada suatu tempat yang berpenghuni, maka mereka memberinya “rumah” yang ditandai dengan sarunng kotak hitam putih itu. Kalo di pasar misalnya, ada tempat sesajian di sudut pasar buat tanda untuk berbagi rejeki istilahnya.
b. Adat Potong Gigi
Adat potong gigi (Pangur) masih menjadi tradisi yang sampai sekarang masih berlanjut. Pangur ini biasanya dilakukan untuk orang yang sudah dewasa. Kemaren lupa nanya sih tujuannya di pangur apaan. Kalo lagi ada acara beginian, acara besar – besaran lho. Klo di masyarakat Muslim Jawa (kurang paham juga kalo muslim di luar Jawa seperti apa) mungkin sudah seperti acara khitanan. Jadi, kalo di Jawa yang di khitan ‘properti’nya, kalau di Bali yang dikhitan giginya *mwihihihii
c. Adat Ngaben
Ngaben atau kremasi atau upacara pembakaran jenazah. Biasanya dilakukan secara massal. Bisa setahun, 2 tahun, 5 tahun ataupun 10 tahun sekali. Minimal setahun sekali.
Kalau misal ada yang meninggal dan belum sempat dikremasi, maka jenazah itu disemayamkan di makam sementara. Makam sementara itu ya bentuknya seperti kuburan pada umumnya, Cuma pinggirnya dikasih pager yang bentuk anyamannya seperti kurungan ayam, di atasnya di kasih payung. Ketika ada Ngaben Massal, makam itu digali lagi dan jenazahnya dikremasi
P E R G A U L A N
Ngomongin soal pergaulan, banyak hal yang aku baru ketahui. Nggak tau deh, karena aku nya yang kuper atau...memang jaman sudah berubah. Yang mungkin ini hanya terjadi di Bali, atau mungkin di seluruh Indonesia.
Bali memang kota pariwisata, nggak kaget lagi kalau disana banyak bule berjemur dipinggiran pantai.
Kalau becandaan orang pantai sih namanya Sumur (alias susu dijemur). Tapi sekarang yang ngetrend bukan sumur lagi, tapi Susno Duaji (alias susu nongol dua biji). Buset dah, frontal amat yak. mwahahahahahaaa
Begini.. Aku bisa cerita begini karena dari beberapa narasumbernya langsung. Dapet temen dari salah satu free chat yang lagi booming saat ini. Mereka ngajak jalan – jalan keliling Bali, tapi karena aku nggak tau Bali, ya aku tolak. Toh kalau aku diculik, ntar kasian bapak ibuku kehilangan putrinya tersayang #halah.
Dari percakapan biasa akhirnya merambat ke sex juga. Ada yang usianya lebih tua, ada juga yang lebiih muda. Mereka cerita kalau mereka sudah sering ngelakuin free sex dari SMA, dan itu nggak cuma sama pacar, sama temen, bahkan pacar temennya pun pernah. Dan itu mereka lakukan secara rutin. Diantara mereka ada yang bilang “Kalau di Bali, punya anak dulu baru nikah teh. Tapi kalau sampai lahir duluan, itu baru pelanggaran, baru deh kena hukum”. Mungkin istilahnya uji coba kali ya. Ini anak orang bisa hamil kagak, kalo kagak bisa, kagak jadi dinikahin. Gituu.. bagiku ini masih tabu. Masih sesuatu yang aneh aja menurutku. Melakukan ‘hubungan’ diusia muda, secara rutin, pake test drive pula.. Cukup mencengangkan.
Yang jelas Bali akan selalu indah dengan budayanya..
Well. Nothing perfect in this world. Selalu ada sisi buruk dibalik sisi baiknya :)