Kalo dulu waktu SMF pernah dpet tugas resensi buku, sekarang dapet tugas buat resensi film. Untuk mata kuliah ISBD ini lumayan asyik, tugasnya disuruh liat film sih, haha.
Sebelum nge-resensi aku mau review dulu filmnya. Ini film yang bisa dibilang jadul, dimana tante Widyawati masih muda dan cantiiik banget. Dan di film ini juga banyak nilai nasionalis nya, of course karena disutradarai dan diperankan sendiri oleh (Alm.) Om Sophan Sophiaan. Film yang nggak cuma jadi tontonan dan hiburan tapi bisa dipetik pelajaran dari setiap jalan ceritanya.
Oke, sekarang waktunya resensi.
Untuk filmnya silahkan liat di sini
Sebelum nge-resensi aku mau review dulu filmnya. Ini film yang bisa dibilang jadul, dimana tante Widyawati masih muda dan cantiiik banget. Dan di film ini juga banyak nilai nasionalis nya, of course karena disutradarai dan diperankan sendiri oleh (Alm.) Om Sophan Sophiaan. Film yang nggak cuma jadi tontonan dan hiburan tapi bisa dipetik pelajaran dari setiap jalan ceritanya.
Good Point nya di film ini adalah
- Menanamkan dan menghidupkan jiwa nasionalis bagi yang nonton. Walaupun emang agak aneh sih liat film dulu dibanding sekarang.
- Selain itu memberi gambaran pada kita supaya nggak bertindak gegabah dalam setiap tindakan.
- Mengajarkan kita untuk bersosialisasi dan berhubungan harmonis dengan tetangga yang sekarang sudah sangat berkurang.
- Gambarnya kurang jelas dan ketika di full screen malah agak pecah.
- Efek suara yang nggak stabil dan sedikit cempreng, dimana di awal film suaranya pelan ketika mau akhir film suaranya jadi keras.
- Juga cutting adegannya kurang pas. Jadi waktu disambung adegan selanjutnya keliatan banget jedanya.
- Adegan yang bikin geli dan agak weird itu ketika Eka (anak kedua mereka) sekarat dan berhalusinasi ato mimpi ato sejenisnya, dimana dalam mimpinya ada segerombol anak kecil di seberang jembatan yang manggil - manggil pake baju putih gombrong model Rama Aipama, sedangkan di seberang lainnya ada keluarganya pake baju model sama warna item. Menurutku yang warna item malah lebih mirip kostum pelahap mautnya Harry Potter. Dan ini bikin aku antiklimaks banget, udah sedih Eka sakit sampe sekarat malah ada adegan begituan yang sedikit geli -____-
Oke, sekarang waktunya resensi.
(Bingung nih yang mana cover film yang sebenernya)
Judul : Buah Hati Mama
Durasi : 1 jam 39 menit 31 detik
Genre : Drama
Produser : Deddy Armand, Johanna Syarief
Sutradara : Sophan Sophiaan
Penulis
naskah : Deddy Armand
Perusahaan
film : Artisa Film
Negara
& Tanggal Rilis : Indonesia
Klasifikasi : 17+
Bahasa : Bahasa Indonesia
Sinopsis Singkat :
Hendrik
Maulana beserta istri dan keluarganya kembali ke tanah air, dimana ia harus
bekerja keras membiayai keluarganya.Namun benturan-benturan terus terjadi baik
secara kultural, ekonomi maupun keluarga.
Sinopsis Lengkap :
Sebuah keluarga kecil
yang terdiri dari ayah yang bernama Hendrik Maulana (Sophan Sophiaan), ibu
keturunan Indo-Belanda yang bernama Nona (Widyawati), dan tiga orang anak yang
bernama Indra Pratama, Eka Prakasa dan Putri Pratiwi. Mereka baru saja pindah
dari negeri Belanda dan tinggal di suatu kampung di Jakarta. Hendrik sang suami
selalu menanamkan cinta tanah air pada ketiga buah hatinya, sedangkan Nona
selalu mencela apapun yang berkaitan dengan Indonesia dan menganggapnya tidak
lebih baik dari kehidupannya di Belanda dulu. Nona merasa di negeri sekaya
Indonesia ini tidak memberikan penghargaan yang layak pada suaminya. Benturan
ekonomi dan kultural membuat Nona sedikit depresi, sampai apapun yang dilakukan
Eka (anak keduanya) selalu dianggap salah.
Eka merasa tidak pernah
benar dan selalu disalahkan dalam setiap keadaan, terutama oleh kedua orang
tuanya. Sampai suatu hari, Eka bertemu dengan seorang penjual es lilin yang
sebaya dengannya dan berjuang keras untuk memenuhi kebutuhannya sebatang kara,
Eka terkesan dengan kegigihan anak itu. Puncak konfliknya adalah ketika TV
berwarna yang baru dibeli pecah terkena bola, Eka dihukum oleh ibunya. Esok
harinya Eka menghilang sampai berbulan-bulan lamanya. Selama kehilangan Eka,
barulah Nona dan Hendrik sadar akan segala tindak gegabahnya kepada Eka. Ketika
Eka ditemukan, ia sakit Tipes dan kritis. Dengan semangat hidup dan doa seluruh
keluarganya, Eka pun sembuh, dan keluarga Hendrik kembali utuh.
Pemain
:
·
Pemeran Utama : Sophan Sophiaan (Sebagai
Hendrik Maulana), Widyawati (Sebagai
Nona)
·
Pemeran Pembantu : Nyonyo Shabir (Sebagai
Eka)
·
Pemain :
Ade Irawan, Dolly, Etty Sumiati, Puput Novel, Ryan Hidayat, Usbanda
Crew:
Tim
Tata Kamera Penata Kamera : Ismaun
Tim
Tata Artistik Penata Artistik : Nandy Monoarfa
Tim
Pasca Produksi Penyunting Adegan : Alex
A. Hassan
Penata
Musik :
Gatot Sudarto
Penata Suara :
E. Sambas
Penghargaan
:
Festival
Film Indonesia. Surabaya, Indonesia. 1981. Pemeran Utama Wanita Terbaik (Piala
Citra). Widyawati. Nominasi
Festival
Film Indonesia. Surabaya, Indonesia. 1981. Fotografi Terbaik (Piala Citra).
Ismaun. Nominasi
Untuk filmnya silahkan liat di sini
latar belakang dari film ini apa ?
BalasHapusSaya nonton film ini pas masih kecil. Tahun 90an. Di rumah tetangga karena saat itu tv sangat jarang yg punya. Hari Minggu siang, karena saat itu film2 nasional sering diputar pas hari Minggu siang setelah film kartun. Jujur saja saya mewek tertahan saat nonton film ini, mau nangis tp malu banyak temen, dan saya yakin yg lainnya juga seperti itu. Film ini amat sangat bagus pada zamannya. Amat sangat bagus. Maka dari itu, jangan menarik kesimpulan film ini apalagi membanding2kan dengan film jaman skr.
BalasHapus